Jika radiasi mengenai tubuh manusia, ada
2 kemungkinan
yang dapat terjadi: berinteraksi dengan tubuh manusia, atau hanya
melewati saja. Jika
berinteraksi, radiasi dapat mengionisasi atau dapat pula mengeksitasi atom.
Setiap terjadi proses ionisasi atau eksitasi,
radiasi akan kehilangan sebagian energinya. Energi
radiasi yang hilang akan menyebabkan peningkatan temperatur (panas) pada
bahan (atom) yang
berinteraksi dengan radiasi tersebut. Dengan kata lain, semua energi
radiasi yang terserap
di jaringan biologis akan muncul sebagai panas melalui peningkatan
vibrasi (getaran) atom
dan struktur molekul.
Ini merupakan awal dari perubahan
kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan.
Satuan dasar dari jaringan biologis
adalah sel. Sel
mempunyai inti
sel yang merupakan pusat pengontrol sel.
Sel terdiri dari 80% air dan 20% senyawa biologis kompleks. Jika radiasi
pengion menembus jaringan, maka dapat mengakibatkan
terjadinya ionisasi dan menghasilkan radikal
bebas,
misalnya radikal bebas hidroksil (OH), yang terdiri dari atom oksigen
dan atom hidrogen.
Secara kimia, radikal bebas sangat reaktif dan dapat mengubah
molekul-molekul penting
dalam sel.
DNA
(deoxyribonucleic acid) merupakan salah
satu molekul yang terdapat di inti sel, berperan untuk mengontrol
struktur dan fungsi sel
serta menggandakan dirinya sendiri.
Setidaknya ada dua cara bagaimana
radiasi dapat
mengakibatkan kerusakan pada sel. Pertama, radiasi dapat mengionisasi
langsung molekul DNA
sehingga terjadi perubahan kimiawi pada DNA. Kedua, perubahan kimiawi
pada DNA terjadi
secara tidak langsung, yaitu jika DNA berinteraksi dengan radikal bebas
hidroksil.
Terjadinya perubahan kimiawi pada DNA tersebut, baik secara langsung
maupun tidak
langsung, dapat menyebabkan efek biologis yang merugikan, misalnya
timbulnya kanker maupun
kelainan genetik.
Pada dosis rendah, misalnya dosis
radiasi latar belakang
yang kita terima sehari-hari, sel dapat memulihkan dirinya sendiri
dengan sangat cepat.
Pada dosis lebih tinggi (hingga 1 Sv), ada kemungkinan sel tidak dapat
memulihkan dirinya
sendiri, sehingga sel akan mengalami kerusakan permanen atau mati. Sel
yang mati relatif
tidak berbahaya karena akan diganti dengan sel baru. Sel yang mengalami
kerusakan permanen
dapat menghasilkan sel yang abnormal ketika sel yang rusak tersebut
membelah diri. Sel
yang abnormal inilah yang akan meningkatkan risiko tejadinya kanker pada
manusia akibat
radiasi.
Efek radiasi terhadap tubuh manusia
bergantung pada
seberapa banyak dosis yang diberikan, dan bergantung pula pada lajunya;
apakah diberikan
secara akut (dalam jangka waktu seketika) atau secara gradual (sedikit
demi sedikit).
Sebagai contoh, radiasi gamma
dengan dosis 2 Sv (200 rem) yang diberikan pada seluruh tubuh dalam
waktu 30 menit akan
menyebabkan pusing dan muntah-muntah pada beberapa persen manusia yang
terkena dosis
tersebut, dan kemungkinan satu persen akan meninggal dalam waktu satu
atau dua bulan
kemudian. Untuk dosis yang sama tetapi diberikan dalam rentang waktu
satu bulan atau
lebih, efek sindroma radiasi akut tersebut tidak terjadi.
Contoh lain, dosis radiasi akut sebesar
3,5 – 4 Sv
(350 – 400 rem) yang diberikan seluruh tubuh akan menyebabkan kematian
sekitar 50%
dari mereka yang mendapat radiasi dalam waktu 30 hari kemudian.
Sebaliknya, dosis yang
sama yang diberikan secara merata dalam waktu satu tahun tidak
menimbulkan akibat yang
sama.
Selain bergantung pada jumlah dan laju
dosis, setiap organ
tubuh mempunyai kepekaan yang berlainan terhadap radiasi, sehingga efek
yang ditimbulkan
radiasi juga akan berbeda.
Sebagai contoh, dosis
terserap
5 Gy atau lebih yang diberikan secara sekaligus pada seluruh tubuh dan
tidak langsung
mendapat perawatan medis, akan dapat mengakibatkan kematian karena
terjadinya kerusakan
sumsum tulang belakang serta saluran pernapasan dan pencernaan. Jika
segera dilakukan
perawatan medis, jiwa seseorang yang mendapat dosis terserap 5 Gy
tersebut mungkin dapat
diselamatkan. Namun, jika dosis terserapnya mencapai 50 Gy, jiwanya
tidak mungkin
diselamatkan lagi, walaupun ia segera mendapatkan perawatan medis.
Jika dosis terserap 5 Gy tersebut
diberikan secara
sekaligus ke organ tertentu saja (tidak ke seluruh tubuh), kemungkinan
besar tidak akan
berakibat fatal. Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy yang diberikan
sekaligus ke kulit
akan menyebabkan eritema.
Contoh lain, dosis yang sama
jika diberikan ke organ reproduksi akan menyebabkan mandul.
Efek radiasi yang langsung terlihat ini
disebut Efek
Deterministik. Efek ini hanya muncul jika dosis
radiasinya melebihi suatu batas tertentu, disebut Dosis
Ambang.
Efek deterministik bisa juga terjadi
dalam jangka waktu
yang agak lama setelah terkena radiasi, dan umumnya tidak berakibat
fatal. Sebagai contoh,
katarak dan kerusakan kulit dapat terjadi dalam waktu beberapa minggu
setelah terkena
dosis radiasi 5 Sv atau lebih.
Jika dosisnya rendah, atau diberikan
dalam jangka waktu
yang lama (tidak sekaligus), kemungkinan besar sel-sel tubuh akan
memperbaiki dirinya
sendiri sehingga tubuh tidak menampakkan tanda-tanda bekas terkena
radiasi. Namun
demikian, bisa saja sel-sel tubuh sebenarnya mengalami kerusakan, dan
akibat kerusakan
tersebut baru muncul dalam jangka waktu yang sangat lama (mungkin
berpuluh-puluh tahun
kemudian), dikenal juga sebagai periode laten. Efek radiasi yang tidak
langsung terlihat
ini disebut Efek
Stokastik.
Efek stokastik ini tidak dapat
dipastikan akan terjadi,
namun probabilitas terjadinya akan semakin besar apabila dosisnya juga
bertambah besar dan
dosisnya diberikan dalam jangka waktu seketika. Efek stokastik ini
mengacu pada penundaan
antara saat pemaparan radiasi dan saat penampakan efek yang terjadi
akibat pemaparan
tersebut. Kecuali untuk leukimia yang dapat berkembang dalam waktu 2
tahun, efek pemaparan
radiasi tidak memperlihatkan efek apapun dalam waktu 20 tahun atau
lebih.
Salah satu penyakit yang termasuk dalam kategori ini
adalah kanker.
Penyebab sebenarnya dari penyakit kanker tetap tidak diketahui. Selain
dapat disebabkan
oleh radiasi pengion, kanker dapat pula disebabkan oleh zat-zat lain,
disebut zat
karsinogen, misalnya asap rokok, asbes dan ultraviolet. Dalam kurun
waktu sebelum periode
laten berakhir, korban dapat meninggal karena penyebab lain. Karena
lamanya periode laten
ini, seseorang yang masih hidup bertahun-tahun setelah menerima paparan
radiasi ada
kemungkinan menerima tambahan zat-zat karsinogen dalam kurun waktu
tersebut. Oleh karena
itu, jika suatu saat timbul kanker, maka kanker tersebut dapat
disebabkan oleh zat-zat
karsinogen, bukan hanya disebabkan oleh radiasi.
Filosofi Proteksi Radiasi
Mengingat radiasi dapat membahayakan
kesehatan, maka
pemakaian radiasi perlu diawasi, baik melalui peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan
pemanfaatan radiasi dan bahan-bahan radioaktif,
maupun
adanya badan
pengawas yang bertanggungjawab agar
peraturan-peraturan tersebut diikuti. Di Indonesia, badan pengawas
tersebut adalah Bapeten
(Badan Pengawas Tenaga Nuklir).
Filosofi proteksi
radiasi
yang dipakai sekarang ditetapkan oleh Komisi Internasional untuk
Proteksi Radiasi (International
Commission on Radiological Protection, ICRP) dalam suatu pernyataan
yang mengatur
pembatasan dosis radiasi, yang intinya sebagai berikut:
- Suatu kegiatan tidak akan dilakukan kecuali mempunyai keuntungan yang positif dibandingkan dengan risiko, yang dikenal sebagai azas justifikasi,
- Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang bisa dicapai (as low as reasonably achievable, ALARA) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial, yang dikenal sebagai azas optimasi,
- Dosis perorangan tidak boleh melampaui batas yang direkomendasikan oleh ICRP untuk suatu lingkungan tertentu, yang dikenal sebagai azas limitasi.
Konsep untuk mencapai suatu tingkat
serendah mungkin
merupakan hal mendasar yang perlu dikendalikan, tidak hanya untuk
radiasi tetapi juga
untuk semua hal yang membahayakan lingkungan. Mengingat bahwa tidak
mungkin menghilangkan
paparan radiasi secara keseluruhan, maka paparan radiasi diusahakan pada
tingkat yang
optimal sesuai dengan kebutuhan dan manfaat dari sisi kemanusiaan.
Menurut Bapeten, nilai batas dosis dalam
satu
tahun untuk pekerja radiasi
adalah 50 mSv (5 rem), sedang untuk masyarakat umum adalah 5 mSv (500
mrem). Menurut
laporan penelitian UNSCEAR, secara rata-rata setiap orang menerima dosis
2,8 mSv
(280 mrem) per tahun, berarti seseorang hanya akan menerima sekitar
setengah dari
nilai batas dosis untuk masyarakat umum.
Ada dua catatan yang berkaitan dengan nilai batas dosis
ini. Pertama,
adanya anggapan bahwa nilai batas ini menyatakan garis yang tegas antara
aman dan tidak
aman. Hal ini tidak seluruhnya benar. Nilai batas ini hanya menyatakan
batas dosis radiasi
yang dapat diterima oleh pekerja atau masyarakat, sejauh pengetahuan
yang ada hingga saat
ini. Yang lebih penting dari pemakaian nilai batas ini adalah
diterapkannya prinsip ALARA
pada setiap pemanfaatan radiasi. Kedua, adanya perbedaan nilai batas
dosis untuk pekerja
radiasi dan masyarakat umum. Nilai batas ini berbeda karena pekerja
radiasi dianggap dapat
menerima risiko yang lebih besar (dengan kata lain, menerima keuntungan
yang lebih besar)
daripada masyarakat umum, antara lain karena pekerja radiasi mendapat
pengawasan dosis
radiasi dan kesehatan secara berkala.
Filosofi Proteksi Radiasi
Mengingat radiasi dapat membahayakan
kesehatan, maka
pemakaian radiasi perlu diawasi, baik melalui peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan
pemanfaatan radiasi dan bahan-bahan radioaktif,
maupun
adanya badan
pengawas yang bertanggungjawab agar
peraturan-peraturan tersebut diikuti. Di Indonesia, badan pengawas
tersebut adalah Bapeten
(Badan Pengawas Tenaga Nuklir).
Filosofi proteksi
radiasi
yang dipakai sekarang ditetapkan oleh Komisi Internasional untuk
Proteksi Radiasi (International
Commission on Radiological Protection, ICRP) dalam suatu pernyataan
yang mengatur
pembatasan dosis radiasi, yang intinya sebagai berikut:
- Suatu kegiatan tidak akan dilakukan kecuali mempunyai keuntungan yang positif dibandingkan dengan risiko, yang dikenal sebagai azas justifikasi,
- Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang bisa dicapai (as low as reasonably achievable, ALARA) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial, yang dikenal sebagai azas optimasi,
- Dosis perorangan tidak boleh melampaui batas yang direkomendasikan oleh ICRP untuk suatu lingkungan tertentu, yang dikenal sebagai azas limitasi.
Konsep untuk mencapai suatu tingkat
serendah mungkin
merupakan hal mendasar yang perlu dikendalikan, tidak hanya untuk
radiasi tetapi juga
untuk semua hal yang membahayakan lingkungan. Mengingat bahwa tidak
mungkin menghilangkan
paparan radiasi secara keseluruhan, maka paparan radiasi diusahakan pada
tingkat yang
optimal sesuai dengan kebutuhan dan manfaat dari sisi kemanusiaan.
Menurut Bapeten, nilai batas dosis dalam
satu
tahun untuk pekerja radiasi
adalah 50 mSv (5 rem), sedang untuk masyarakat umum adalah 5 mSv (500
mrem). Menurut
laporan penelitian UNSCEAR, secara rata-rata setiap orang menerima dosis
2,8 mSv
(280 mrem) per tahun, berarti seseorang hanya akan menerima sekitar
setengah dari
nilai batas dosis untuk masyarakat umum.
Ada dua catatan yang berkaitan dengan nilai batas dosis
ini. Pertama,
adanya anggapan bahwa nilai batas ini menyatakan garis yang tegas antara
aman dan tidak
aman. Hal ini tidak seluruhnya benar. Nilai batas ini hanya menyatakan
batas dosis radiasi
yang dapat diterima oleh pekerja atau masyarakat, sejauh pengetahuan
yang ada hingga saat
ini. Yang lebih penting dari pemakaian nilai batas ini adalah
diterapkannya prinsip ALARA
pada setiap pemanfaatan radiasi. Kedua, adanya perbedaan nilai batas
dosis untuk pekerja
radiasi dan masyarakat umum. Nilai batas ini berbeda karena pekerja
radiasi dianggap dapat
menerima risiko yang lebih besar (dengan kata lain, menerima keuntungan
yang lebih besar)
daripada masyarakat umum, antara lain karena pekerja radiasi mendapat
pengawasan dosis
radiasi dan kesehatan secara berkala.
Bidang Non Energi: Pemanfaatan Radiasi Untuk Kesejahteraan Manusia
Bidang Pertanian
Efisiensi Pemupukan
Pupuk harganya relatif mahal dan apabila digunakan
secara berlebihan akan
merusak lingkungan, sedangkan apabila kurang dari jumlah seharusnya
hasilnya tidak
efektif. Untuk itu perlu diteliti jumlah pupuk yang diserap oleh tanaman
dan berapa yang
dibuang ke lingkungan. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberi
“label”
pupuk yang digunakan dengan suatu isotop,
seperti
nitrogen-15 atau phosphor-32. Pupuk tersebut kemudian diberikan pada
tanaman dan setelah
periode waktu dilakukan pendeteksian radiasi
pada tanaman
tersebut.
Penelitian Tanaman Varietas Baru
Seperti diketahui, radiasi
pengion
mempunyai kemampuan untuk merubah sel keturunan suatu mahluk hidup,
termasuk tanaman.
Dengan berdasar pada prinsip tersebut, maka para peneliti dapat
menghasilkan jenis tanaman
yang berbeda dari tanaman yang telah ada sebelumnya dan sampai saat ini
telah dihasilkan
1800 jenis tanaman baru.
Varietas baru tanaman padi, gandum, bawang, pisang, cabe
dan biji-bijian
yang dihasilkan melalui teknik radioisotop mempunyai ketahanan yang
lebih tinggi terhadap
hama dan lebih mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim yang ekstrim.
Pengendalian Hama Serangga
Di seluruh dunia, hilangnya hasil panen akibat serangan
hama serangga
kurang lebih 25-35%. Untuk memberantas hama serangga sejak lama para
petani menggunakan
insektisida kimia. Akhir-akhir ini insektisida kimia dirasakan menurun
keefektifannya,
karena munculnya serangga yang kebal terhadap insekstisida. Selain itu
insektisida juga
mulai dikurangi penggunaannya karena insektisida meninggalkan residu
yang beracun pada
tanaman. Salah satu metode yang mulai banyak digunakan untuk
menggantikan insektisida
dalam mengendalikan hama adalah teknik serangga mandul.
Teknik serangga mandul dilakukan dengan mengiradiasi
serangga menggunakan
radiasi gamma
untuk memandulkannya. Serangga jantan mandul
tersebut kemudian dilepas dalam jumlah besar pada daerah yang diserang
hama. Apabila
mereka kawin dengan serangga betina, maka tidak akan dihasilkan
keturunan. Dengan
melepaskan serangga jantan mandul secara berulang, populasi hama
serangga akan turun
secara menyolok. Teknik ini telah digunakan secara intensif di banyak
negara penghasil
pertanian seperti Amerika Selatan, Mexico, Jamaika dan Libya.
Pengawetan Makanan
Kerusakan makanan hasil panen dalam penyimpanan akibat
serangga,
pertunasan dini atau busuk, dapat mencapai 25-30%. Kerugian ini terutama
diderita oleh
negara-negara yang mempunyai cuaca yang panas dan lembab. Pengawetan
makanan banyak
digunakan dengan tujuan untuk menunda pertunasan pada umbi-umbian,
membunuh serangga pada
biji-bijian, pengawetan hasil laut dan hasil peternakan, serta
rempah-rempah.
Pada teknik pengawetan dengan menggunakan radiasi,
makanan dipapari dengan
radiasi gamma berintensitas tinggi yang dapat membunuh organisme
berbahaya, tetapi tanpa
mempengaruhi nilai nutrisi makanan tersebut dan tidak meninggalkan
residu serta tidak
membuat makanan menjadi radioaktif.
Teknik iradiasi juga
dapat digunakan untuk sterilisasi kemasan. Di banyak negara kemasan
karton untuk susu
disterilkan dengan iradiasi.
Dosis Iradiasi
Makanan dan
Tujuannya
DOSIS | TUJUAN | PRODUK |
Dosis rendah (s.d. 1 kGy) | Menghambat pertunasan | Kentang, bawang, jahe, rempah-rempah |
Membunuh serangga dan parasit | Makanan kering, buah segar, padi-padian | |
Penundaan kematangan/pembusukan | Buah segar, sayuran | |
Dosis menengah (1-10 kGy) | Memperpanjang masa penyimpanan | Ikan, strawberry, jamur |
Menunda pembusukan, membunuh serangga berbahaya | Hasil laut dan hasil ternak | |
High dose (10-50 Gy) | Sterilisasi | Hasil peternakan, hasil laut, makanan siap masak |
Dekontaminasi | Rempah-rempah |
Bidang Kedokteran
Di bidang kedokteran, radioisotop banyak digunakan
sebagai alat diagnosis
dan alat terapi berbagai macam penyakit.
Diagnosa
Radioisotop merupakan bagian yang sangat penting pada
proses diagnosis
suatu penyakit. Dengan bantuan peralatan pembentuk citra (imaging
devices), dapat
dilakukan penelitian proses biologis yang terjadi dalam tubuh manusia.
Dalam penggunaannya
untuk diagnosis, suatu dosis
kecil radioisotop yang
dicampurkan dalam larutan yang larut dalam cairan tubuh dimasukkan ke
dalam tubuh,
kemudian aktivitasnya dalam tubuh dapat dipelajari menggunakan gambar 2
dimensi atau 3
dimensi yang disebut tomografi. Salah satu radioisotop yang sering
digunakan adalah
technisium-99m, yang dapat digunakan untuk mempelajari metabolisme
jantung, hati,
paru-paru, ginjal, sirkulasi darah dan struktur tulang. Tujuan lain dari
penggunaan di
bidang diagnosis adalah untuk analisis biokimia yang disebut
radio-immunoassay. Teknik ini
dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi hormon, enzim, obat-obatan
dan substansi lain
dalam darah.
Terapi
Penggunaan radioisotop di bidang pengobatan yang paling
banyak adalah
untuk pengobatan kanker, karena sel kanker sangat sensitif terhadap
radiasi. Sumber
radiasi yang digunakan dapat berupa sumber eksternal, berupa sumber
gamma seperti Co-60,
atau sumber internal, yaitu berupa sumber gamma atau beta
yang kecil seperti Iodine-131 yang biasa digunakan untuk penyembuhan
kanker kelenjar
tiroid.
Sterilisasi Peralatan Kedokteran
Dewasa ini banyak peralatan kedokteran yang disterilkan
menggunakan
radiasi gamma dari Co-60. Metode sterilisasi ini lebih ekonomis dan
lebih efektif
dibandingkan sterilisasi menggunakan uap panas, karena proses yang
digunakan merupakan
proses dingin, sehingga dapat digunakan untuk benda-benda yang sensitif
terhadap panas
seperti bubuk, obat salep, dan larutan kimia.
Keuntungan lain dari sterilisasi dengan menggunakan
radiasi adalah proses
sterilisasi dapat dilakukan setelah benda tersebut dikemas dan masa
penyimpanan benda
tersebut tidak terbatas sepanjang kemasannya tidak rusak.
Industri dan Lingkungan
Bidang Hidrologi
Dalam bidang hidrologi, sumber radiasi yang umum
digunakan adalah sumber
radiasi gamma. Teknik hidrologi yang menggunakan radioisotop mampu
secara akurat melacak
dan mengukur ketersediaan air dari suatu sumber air di bawah tanah.
Teknik tersebut
memungkinkan untuk melakukan analisis, pengelolaan dan pelestarian
sumber air yang ada dan
pencarian sumber air baru. Teknik ini dapat memberikan informasi
mengenai asal, usia dan
distribusi, hubungan antara air tanah, air permukaan dan sistem
pengisiannya.
Pemanfaatan lainnya adalah sebagai perunut untuk mencari
kebocoran pada
bendungan dan saluran irigasi, mempelajari pergerakan air dan lumpur
pada daerah pelabuhan
dan bendungan, laju alir, serta laju pengendapan. Selain radiasi gamma,
radiasi neutron
banyak juga digunakan untuk mengukur kelembaban
permukaan tanah.
Detektor Asap
Detektor yang menggunakan radioaktif biasanya
menggunakan ameresium-241
yang merupakan pemancar alfa. Pada saat tidak ada asap maka partikel
alfa akan
mengionisasi udara dan menyebabkan terjadinya aliran ion antara 2
elektroda. Jika asap di
dalam ruangan masuk ke dalam detektor, maka asap tersebut dapat menyerap
radiasi alfa
sehingga akan menghentikan arus yang selanjutnya akan menghidupkan
alarm.
Perunut Lingkungan
Radioisotop dapat digunakan sebagai perunut untuk
menganalisis pencemar,
baik pencemar udara maupun air. Teknik ini dapat digunakan untuk
menganalisis kontaminasi
sulfur dioksida di atmosfir yang dihasilkan dari gas buang hasil
pembakaran bahan bakar
fosil, endapan lumpur laut dari limbah industri dan tumpahan minyak.
Perunut Industri
Kemampuan untuk mengukur radioaktvitas dalam jumlah yang
sangat kecil
telah memungkinkan pemakaian radioisotop sebagai perunut dengan
menambahkan sejumlah kecil
radioisotop pada bahan yang digunakan dalam berbagai proses. Teknik ini
memungkinkan untuk
mempelajari pencampuran dan laju alir dari berbagai macam bahan,
termasuk cairan, bubuk
dan gas. Teknik perunut juga dapat digunakan untuk mendeteksi tempat
terjadinya kebocoran.
Suatu perunut yang dimasukkan ke oli pelumas dapat
digunakan untuk
menentukan laju keausan dari suatu mesin. Teknik perunut juga dapat
digunakan di berbagai
fasilitas untuk mengukur kinerja peralatan dan meningkatkan
efisiensinya.
Alat Pengukur dan Kendali
Peralatan pengukur yang berisi sumber radioaktif secara
luas telah
digunakan dalam industri yang memerlukan pengaturan permukaan gas,
cairan atau padatan
secara akurat. Alat pengukur ini sangat bermanfaat dalam situasi dimana
panas dan tekanan
yang ekstrim atau kondisi lingkungan yang korosif mempersulit
pelaksanaan pengukuran.
Pengukur ketebalan yang menggunakan radioisotop
digunakan untuk mengukur
ketebalan secara kontinu pada bahan, seperti kertas, plastik, logam, dan
gelas, yang dalam
proses pengukuran tersebut tidak diperlukan kontak antara alat pengukur
dan bahan yang
diukur.
Alat pengukur densitas yang menggunakan radioaktif
digunakan pada saat
kendali otomatis dari cairan, bubuk atau padatan sangat diperlukan,
misalnya dalam
pembuatan sabun detergen dan rokok.
Penggunaan radioisotop pada alat pengukur mempunyai
beberapa kelebihan
yaitu pengukuran dapat dilakukan tanpa kontak fisik antara alat pengukur
dan bahan yang
akan diukur, perawatan yang dibutuhkan relatif mudah, serta lebih
ekonomis dibandingkan
metode lainnya.
Radiografi
Radioisotop yang memancarkan radiasi gamma dan pesawat sinar-X
dapat digunakan untuk “melihat” bagian
dalam dari hasil fabrikasi, seperti hasil pengelasan atau hasil
pengecoran, untuk melihat
apakah produk tersebut mempunyai cacat atau tidak, dan memeriksa isi
dari suatu
kemasan/bungkusan tertutup, misalnya pemeriksaan bagasi di pelabuhan.
Pada teknik ini
suatu sumber radiasi diletakkan pada jarak tertentu dari bahan yang akan
diperiksa dan
film radiografi atau layar pendar (fluoresens) diletakkan pada sisi yang
berlawanan dari
sumber radiasi. Dari perbedaan tingkat kehitaman pada film radiografi
atau layar pendar,
dapat dipelajari struktur atau cacat yang ada pada benda yang diperiksa.
Penentuan Umur Suatu Benda
Teknik penentuan umur suatu benda yang menggunakan
radioisotop disebut
Carbon Dating. Prinsip kerja teknik ini adalah membandingkan konsentrasi
unsur
karbon yang tidak stabil pada suatu benda dengan benda
lainnya. Teknik ini banyak digunakan oleh para ahli geologi, antropologi
dan arkeologi
untuk menentukan umur benda yang mereka temukan.
Daftar Acuan
- The University of Michigan Health Physics Web Site: What You Need to Know About Radiation
- Radiation, People and the Environment, IAEA, Austria, 2004
- National Atomic Museum Website: The Decision to Drop
- Stoller-esser Website: About Radiation
- Pbskids.org Website: X-Ray
- The UC Berkeley Space Sciences Laboratory Website: Astronomy 10: Lecture 8: Light
- Universe-Review Website: Electromagnetic Spectrum
- The Franklin Institute Online Website: Monitoring the Heart
- Chernobyl-international WebSite: What are the main sequence of events?
- World Nuclear Association Website: Nuclear Power in the World Today
- Website Ensiklopedi Teknologi Nuklir BATAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar