Selasa, 27 November 2012

harus dihadapi semuanya ...

ini udah bulan november, gag terasa udah mau desember ajaa, n so gue gag nyangka dihari itu ayah, ibu dan keluarganya mau kunjungan ke palembang dan mau nemuin keluarga gue.. astagaaaa gue mau di lamar bokkk... ckkcckk...

and then gue bingung ngadepin segala ini, ujian setiap ujiam yang bakal gue hadapi. bener gue harus ekstra sabar super super sabar ngadepiinya. mantan pacarnya yang datang , gue gag mau kalo ada penghancur (pengganggu:red). alhamdulillah gue punya calon suami yang selalu dan selalu support gue. Yaa Allah berikanlah kelancaran pada kita berdua menjelang hari yang kita nantikan. aamiin....

calon suami yang setia dampingi gue, yang sabar ngadepin gue yang masih kayak anak-anak, tapi gue udah gede yang udah dewasa. "  maaaaaakkkkkkkkk gue mau nikahhhhhhhhh...... ", dipikiran gue cuma itu dan itu. persiapan gue lom ada cuma kematengan diri gue. hana hini itu lom ada, tapim persiapan gue untuk menjelang pernikahan kantor. dari minta surat izin menikah dulu dari atasan dia. lom juga mau ke poltabes buat SKCK gue dan ibu, persiapanm buat poto gandemg, lom juga mau laporan ke komandan, belom juga mau ngadep komandan. Secara calon gue adalah anggota penegak hukum a.k.a TNI-AD bukan umum. banyak itu persiapannnya. mudahan semua lancar gag ada halangan. aamiin..

ini ni persyaratannya :
1.         Kewajiban Menghadap Pejabat Agama TNI-AD.  Berdasarkan SKEP KASAD Nomor SKEP/ 699 / XII / 1987 tgl 24 Desember tahun 1987 tentang petunjuk pengurusan Perkawinan,Penceraian dan Rujuk bagi anggota TNI AD bahwa :
a.     Setiap anggota TNI-AD yang hendak nikah/ kawin diharuskan terlebih dahulu mengajukan permohonan izin nikah/ kawin secara tertulis kepada pejabat yang berwenang.
b.        Sebelum permohonan izin kawin disampaikan kepada pejabat yang berwenang calon suami/istri diwajibkan menghadap pejabat agama TNI-AD untuk menerima petunjuk perkawinan.
c.         Khusus bagi anggota KOWAD diwajibkan pula menghadap pembina KOWAD.

2.        Sahnya Perkawinan.          Setiap perkawinan dinyatakan sah apabila dilaksanakan menurut hukum agama yang dianut oleh kedua belah pihak yang bersangkutan dan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.        Persyaratan Perkawinan. 
a.    Izin kawin hanya diberikan apabila perkawinan yang akan dilakukan tidak melanggar hukum agama yang dianut oleh calon suami/ istri.
b.      Izin kawin pada prinsipnya diberikan jika perkawinan yang akan dilaksanakan memperlihatkan prospek kebahagiaan dan kesejahteraan calon suami/ istri.
c.        Permohonan izin kawin kepada pejabat yang berwenang melalui saluran hirarki yang berlaku dengan dilengkapi lampiran masing-masing rangkap 6 (enam) sebagai berikut :
1)         Kutipan akte kelahiran atau surat kenal lahir calon suami/ istri.
2)         Surat keterangan mengenai nama, agama, pekerjaan dan tempat  tinggal kedua orang tua 
            calon suami/ istri, yang dikeluarkan oleh Pamong Praja setempat.
3)         Surat izin / persetujuan orang tua/ wali.
4)         Surat pernyataan kesanggupan calon istri/ suami.
5)        Surat keterangan pejabat personalia mengenai status belum atau sudah pernah kawin 
            anggota yang bersangkutan.
6)         Surat keterangan cerai atau kematian bagi calon istri atau suami yang status janda
            atau duda.
7)         Surat keterangan dari pamong praja/ polri setempat tentang tingkat  laku calon istri/ 
            suami  yang bukan anggota TNI.
8)         Surat keterangan dokter militer tentang kesehatan kedua calon suami istri.
9)         Surat pernyataan dari calon istri/ suami tentang kesanggupan memelihara anak tirinya bagi 
            yang berstatus duda/ janda yang sudah mempunyai anak.
10)      Pas  photo hitam putih gandengan ukuran 6×9 cm dari kedua calon suami istri.
11)      Surat persetujuan dari ayah/ wali calon istri.
12)      Surat izin kedua orang tua/ wali, apabila salah seorang calon suami atau istri atau keduanya 
             belum mencapai umur 21 tahun.
13)      Surat dispensasi dari pengadilan bagi calon suami yang berumur di bawah 19 tahun dan 
            calon istri di bawah umur 16 tahun.
14)      Surat pernyataan masing-masing anak mau/ sanggup bersaudara.
15)      Surat pernyataan anak sanggup mau menerima ayah/ ibu tiri sebagai ayah/ ibu sendiri.
16)      Fotokopi surat kawin bagi duda/ janda.
17)      Surat keterangan Baptis dari pejabat gereja yang beragama Kristen Protestan, surat 
          keterangan Permandian yang beragama Kristen Katolik, surat keterangan Sudi Wadani 
           bagi  yang beragama Hindu atau surat keterangan memeluk agama Islam bagi Mualaf.
18)      Surat keterangan mengenai status calon istri/ suami.
19)      Surat izin dari instansi yang bersangkutan bagi calon istri/ suami yang bekerja.
20)      Surat izin cerai dan pejabat yang berwewenang  dan akte cerai bagi duda/ janda anggota
            yang bersangkutan.
21)      Surat keterangan kewarganegaraan dari Dirjen Imigrasi bagi calon suami/ istri 
           WNI keturunan asing.
22)      Pejabat agama TNI AD meneliti lampiran persyaratan perkawinan selanjutnya 
           membuat pernyataanpendapat secara tertulis.
23)      Selain persyaratan di atas dilengkapi dengan Security Clearance calon suami/ istri sesuai 
          Juklak Nomor : Juklak/7/VIII/1991 tanggal 12 Agustus 1991 tentang penelitian khusus bagi
           personal TNI AD.
ribettt yaahhhh, tapi semua bismillah ajaa. semoga lancar dengan harapa gue. aamiin.
 
 gue baca blog punyanya vivanews. lirik yukk ujian yang bakal dihadapi kalo udah mau menjelang hari H, 
1. Mantan pacar kembali
Sakit hati karena diputus masih terasa. Apalagi jika ia cinta pertama. Godaan ini tentunya akan terasa berat. Rasa untuk kembali, rasa ingin memperbaiki dan menjadi yang terbaik, pasti ingin Anda lakukan.
Tetapi ingatlah, bahwa dia orang yang telah menyakiti hati Anda, dan masa lalu tak pernah kembali. Ingatlah orang-orang yang sudah membuat Anda untuk bangkit.

2. Mendadak “laris”
Banyak pria tampan yang tiba-tiba mengajak jalan, atau tiba-tiba merasa klik dengan teman baru. Meski niatnya hanya sekadar mengenal atau menjallin hubungan sahabat, sebaiknya hindari. “Jangan main api jika tidak ingin terbakar.”

3. Kekurangan jadi terlihat

Menjelang detik-detik penrikahan, akan membuat Anda dan pasangan semakin dekat. Sisi negatif pun akan terlihat. Yakinkan diri Anda, apakah sisi negatifnya bisa diterima nantinya, atau justru akan membuat huru hara.

4. Menolak masa lalu
Tak ingin ada rahasia, kalian memutuskan untuk bercerita tentang kejadian di masa lalu. Ternyata keterbukaan dan kejujuran itu mendatangkan masalah. Apalagi jika masa lalunya kelam.
Jika Anda memang serius, gunakanlah keikhlasan untuk menerima dia apa adanya, dan yakin kalau dia telah berubah. “Mantan penjahat itu lebih baik dari pada mantan orang baik.”

5. Keuangan terbatas

Mempersiapkan tabungan sebelum menikah itu sangat penting. Berembuklah bersama pasangan tentang tema, gedung atau katering yang akan digunakan. Hindarilah meminjam uang atau utang, karena berpotensi merusak kebahagiaan pascamenikah.

6. Waktu yang singkat
Persiapan pernikahan tidak seperti ujian akhir, yang bisa dikerjakan dengan SKS (Sistem Kebut Semalam). Catatlah semua kebutuhan dan tanggal deadline. Jangan pernah berpikir waktu yang Anda miliki masih panjang.

7. Tiba-tiba ragu
Pernikahan tinggal menghitung hari. Anda mendadak ragu, karena dihantui banyak pertanyaan. Misalnya, apakah ia calon ayah dari anak saya nantinya, apakah saya nantinya akan menghabiskan waktu dengan dia, dan apakah ini pernikahan yang saya impikan.
Carilah semua jawaban itu dengan berbicara pada pasangan Anda. Jangan mencari jawaban sendiri, karena nantinya Anda akan hidup berdua.

8. Mendapatkan pekerjaan impian
Ketika Anda sibuk mempersiapkan pernikahan, datang tawaran pekerjaan baru yang sudah dinanti. Tetapi di pekerjaan baru ini, Anda tidak boleh terikat pernikahan. Tentunya ini menjadi pilihan sulit, karier, atau pernikahan?

9. Sering bertengkar

Menjelang hari H, Anda semakin sering bertengkar. Hal kecil mungkin bisa menjadi besar. Biasanya ini karena kecemasan dan kegugupan menjelang hari H. Kuncinya hanya satu yaitu kesabaran.

10. Orang tua tidak kompak
Biasanya ini dipicu sifat orangtua yang dominan. Keluarga pihak pria menginginkan A, tetapi pihak wanita tidak setuju, ia lebih menyukain B. Anda dan pasangan sebaiknya bersiap-siap untuk hal yang satu ini. Meski terlihat sepele, perbedaan persepsi antar orangtua berpotensi memicu perpecahan.

semua itu gue ngalaminnyaaa.. MasyaAllah. semoga gue kuat menghadapinyaaa...
La Tahzan.. La Tahzan, must tetep istiqomah.. Allahu Akbar...

DETIK-DETIK MENJELANG PERNIKAHAN

 KISAH HANI (24)

Hani (24 th) akhir-akhir ini sering resah sendiri, apa yang dilakukannya sering menjadi serba salah, bahkan untuk hal-hal yang rutin dikerjakannya pun tak luput dari kesalahan. Hani juga jadi lebih sensitif, ada hal kecil saja yang tak berkenan di hatinya sudah dapat membuat ia sedih dan menangis. Tentu saja keadaan ini tidak membuat ia merasa nyaman terhadap dirinya sendiri. Usut punya usut, ternyata Hani sebentar lagi akan menikah, tepatnya sepekan lagi.
Hani akan memasuki dunia baru, ia akan mengarungi bahtera rumah tangga. Persiapan sudah dilakukan, tempat sudah di booking jauh-jauh hari, undangan telah disebar, segala sesuatu yang berkaitan dengan teknis pernikahan sudah disiapkan dengan matang. Pendeknya, segala sesuatunya sudah beres, sisanya tinggal persiapan diri yang bersangkutan saja untuk menghadapi pernikahannya.

Sebetulnya Hani merasa telah mempersiapkan dirinya menghadapi pernikahan ini, tapi tak urung ia masih juga khawatir, apakah ia siap berbagi hidup bersama orang yang baru dikenalnya? Apakah ia sanggup menjalankan amanah sebagai seorang istri lalu menjadi seorang ibu?
Hani teringat bahwa suatu hari ia pernah membaca sebuah buku yang di dalamnya diceritakan kisah tentang seorang wanita yang bertanya kepada Rasulullah SAW :
“Ya Rasulullah SAW, aku adalah seorang gadis yang ingin menikah, maka beritahukanlah kepadaku, apakah hak-hak suami terhadap istrinya agar aku dapat melaksanakannya? InsyaAllah”.
Rasulullah SAW yang mulia menjawab : “Diantara hak suami atas istrinya adalah : Jika saja kaki suamimu terluka kemudian luka itu bernanah dan mengeluarkan bau busuk, kemudian engkau membasuhnya dengan wajahmu, maka engkau belum dianggap memenuhi semua hak suamimu. Dan kalau saja Allah membolehkanku untuk memerintahkan manusia sujud kepada manusia lain, sungguh aku perintahkan para istri untuk sujud kepada suaminya”.

Hani ingat, ketika itu ia sampai bergidik membacanya.
Ia juga teringat akan pembahasan tentang istri sholihah dalam kajian yang sering diikutinya, sehingga membuatnya terus menerus berfikir, apakah ia mampu menjadi istri sholihah? Hani memang punya tekad kuat untuk menjadi istri sholihat. Ia ingin pernikahannya menjadi ladang amal sholih baginya, dan untuk itu ia akan mengerahkan seluruh kemampuannya.

Sebenarnya Hani tak perlu sampai khawatir begitu, sebab rasanya kita semua, baik yang belum menikah atau bahkan yang sudah menikah bertahun-tahun masih harus terus belajar dan berproses menjadi istri yang sholihah, dan proses itu tidak akan pernah berhenti selama kita masih menjadi seorang istri. Memang sangat jauh lebih baik proses untuk menjadi istri yang sholeha dimulai jauh-jauh hari sebelum Allah SWT memberikan jodoh kepada kita.
Lalu ketika hari pernikahan sudah diambang pintu, apa yang seharusnya dilakukan?

Pertama
Lebih intensif mendekatkan diri kepada Allah SWT, dibandingkan waktu-waktu sebelumnya.
Menikah adalah keputusan penting dalam kehidupan manusia. Siapapun tentunya tidak ingin salah dalam mengambil keputusan, apalagi keputusan itu menyangkut hal penting dalam hidupnya yaitu: “Pernikahan”. Nah detik-detik menjelang “hari H” itu intensiflah bermunajat kepada Allah SWT, memohon kepada-Nya agar keputusan yang telah kita ambil itu benar-benar mendapat taufiq (persetujuan) serta ridho-Nya dan pernikahan ini menjadi keputusan terbaik dalam hidup kita. Juga memohon bimbingan kekuatan, kemudahan dalam menjalani hidup berumah tangga, sehingga menjadi rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah hingga akhir zaman.

Kedua
Berusaha untuk ikhlas dan senantiasa menjaga keikhlasan dalam kondisi apapun.
Ikhlas dalam konteks akan membangun rumah tangga adalah berusaha ikhlas menerima calon pasangan kita apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ingat, kita akan menikahi manusia, bukan malaikat. Betapapun tinggi tingkat ketaatan seseorang dalam beragama, bukan berarti dapat mengubahnya menjadi malaikat yang tak pernah berbuat salah. Siap menikah berarti siap untuk terus menjaga keikhlasan dalam menjalani semua kewajiban, konsekwensi, dinamika dan gelombang dalam berumah tangga. Sehingga dalam menghadapi kondisi seberat apapun nantinya, sikap kita adalah melakukan perenungan kembali tentang niat awal kita menikah. Apa sih niat saya menikahi dia? Kenapa sih saya mau menikahi dia? Dengan demikian kita senantiasa diingatkan bahwa ada yang harus selalu dijaga dalam pernikahan ini. Ia adalah keikhlasan itu sendiri. Dalam kerangka ini, insyaAllah pernikahan akan menjadi ibadah di sisi-Nya.

Ketiga
Menjaga kebersihan hati dan menghiasinya dengan adab-adab syar’i.
Ingat, sebelum prosesi aqad nikah dilangsungkan, status kita terhadap calon pasangan adalah non-mahram, yang berarti adab berinteraksi dengan calon pasangan adalah sebagai mana adab berinteraksi antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.
Hal itu sangat penting disadari untuk menjaga kebersihan hati agar tidak tergoda untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh syar’i. Berkomunikasi dan berinteraksi tentu saja boleh, tidak mungkin orang yang akan menikah tidak berkomunikasi dan berinteraksi dengan calon pasangannya. Tapi berusahalah sedapat mungkin berkomunikasi dan berinteraksi sesuai dengan adab yang diperbolehkan syariat. Misalnya, musyawarah tentang persiapan menikah dilakukan di rumah, bersama oang tua kita, atau dapat dilakukan di rumah orang yang kita percaya, tentu saja dengan didampingi oleh tuan rumahnya.
Hindari berkhalwat berdua dengan calon pasangan, ingat “tidaklah seorang laki-laki dan perempuan berkhalwat melainkan ketiganya adalah syaitan”. (Al-Hadits). Hindari juga sms, telephon, email mesra dan lain-lain yang sejenis, yang kesemuanya dapat membuat hati kita menjadi kotor, berangan-angan dan jatuh dalam dosa.

Jika kita menginginkan pernikahan yang akan kita jalani mendapatkan taufiq, inayah, berkah dan ridho Allah SWT, kita harus mengusahakan agar segala persiapan sedapat mungkin “bersih” sejak awal prosesnya.
Mudah-mudahan tiga hal ini dapat membantu kita lebih pandai menata dan menjaga hati, sehingga detik-detik menjelang pernikahan tidak perlu lagi menjadi detik-detik yang membuat resah dan gelisah, tetapi sebaliknya menjadi detik-detik yang penuh keindahan dan kemanisan munajat kepada Allah SWT, yang membuka dan menjadikan semua jalan menjadi mudah dan terang. Amin.
Kemudian dapatlah setelah itu kita dengan keyakinan kepada Allah SWT, berkata kepada calon suami kita : “wahai calon suamiku, marilah kita naiki bahtera ini, mari kita kembangkan layarnya bersama-sama, kita hadapi gelombangnya tanpa rasa gentar. Semoga Allah SWT bersama kita. (#http://eramuslim.com)


Baca klik <a href='http://ayonikah.net/detik-detik-menjelang-pernikahan.html'>

SABAR dalam surah Ali Imron 200







  



"Wahai orang yang beriman! Bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara yang berkebajikan), dan kuatkanlah kesabaran kamu (lebih daripada kesabaran musuh, di medan perjuangan), dan bersedialah (dengan kekuatan pertahanan di daerah-daerah sempadan) serta bertakwalah kamu kepada Allah, supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan)."

ORANG MUKMIN YANG KENTAL 
DALAM JIHAD
Dalam ayat di atas Allah SWT menghendaki kita bersungguh-sungguh dan bersabar di dalam menegakkan kebenaran. Kita hendaklah memiliki kesabaran melebihi kesabaran musuh-musuh Allah SWT. Kesabaran orang mukmin mengatasi kesabaran orang-orang kafir. Orang mukmin tetap bersabar dalam apa jua suasana. Walaupun musuh-musuh Allah sabar dalam melakukan sesuatu, tetapi orang mukmin lebih sabar daripada mereka. Di samping bersabar orang mukmin juga lebih kuat daripada musuh-musuh mereka.

Orang mukmin yang lebih mampu
Orang mukmin bukan sahaja menentang musuh luaran bahkan mereka juga menentang musuh di dalam jiwa. Mereka lebih mampu dan  berkeupayaan untuk menentang musuh di dalam jiwa atau dada. Begitu juga dalam berhadapan dengan musuh di kalangan manusia sendiri. Orang mukmin sentiasa menyeru dan berjuang. Kalau musuh-musuh berjuang dengan sabar maka mereka pun berjuang dengan penuh kesabaran. Sekiranya musuh kuat maka mereka pun kuat. Musuh Allah itu berazam bersungguh-sungguh untuk hapuskan mereka, maka mereka juga berazam bersungguh-sungguh untuk hapuskan musuh-musuh Allah itu.
Akhirnya, hanya orang mukmin yang tetap lebih sabar daripada orang kafir atau musuh Allah SWT. Walaupun yang bathil itu sabar, kuat dan maju tetapi orang beriman lebih sabar dan lebih berkeupayaan untuk kekal di atas jalan jihad. Yang hak itu semestinya mempunyai kesabaran dan kemampuan yang lebih untuk terus di dalam perjuangannya.

Berjihad di mana-mana sahaja
Orang-orang mukmin tetap berjuang dan berjihad. Mereka tetap berjihad melawan kufur melalui dakwah, berjihad menyeru untuk kekalkan Islam dan berjihad mendedahkan kejahatan dalam zuruf al munasabah. Mereka sentiasa berterusan berjihad di mana-mana sahaja.
Sekiranya daulah Islamiah sudah wujud, maka orang-orang mukmin dan tentera-tentera Islam akan berjihad mempertahankan Islam di setiap penjuru yang dimasuki oleh musuh. Di dalam keadaan yang tiada negara Islam sekarang ini maka perjuangan kita ialah berdakwah dan menegakkan kalimah Allah SWT di mana sahaja kita berada.

Jihad yang berterusan
Kumpulan Islam tak pernah lalai atau diam. Kumpulan ini tetap bergerak, lebih-lebih lagi dalam suasana sekarang yang mana tiada masa untuk berdiam diri. Masa sepenuhnya digunakan untuk berjihad melawan musuh. Kita hendaklah curahkan sepenuh masa untuk berjihad menegakkan Islam dan menentang musuh. Musuh Allah tidak pernah membuat gencatan senjata dengan kita. Mereka menentang kita di mana sahaja. Mereka sentiasa menentang kebenaran di setiap saat dan ketika. Sejak mula penyeruan menegakkan kalimah Allah lahir di bumi maka sejak itulah musuh Allah tak pernah mengikatkan perjanjian sementara (berhudnah) dengan kita. Kita terus diserang di mana-mana dan pada bila-bila masa sahaja. Oleh itu kita pun perlu bersungguh-sungguh dan bertahan dengan penuh keupayaan untuk berjihad di jalan Allah hinggalah akhir zaman.

Sistem Islam yang menguasai keseluruhannya
Dakwah Islam menyampaikan kepada manusia satu sistem hidup yang waki’i (yang benar-benar berlaku dalam realiti). Satu sistem yang menguasai jiwa manusia. Mungkin ada manusia yang berpada dengan Islam menguasai setakat benda-benda yang zahir sahaja. Sesungguhnya yang paling penting ialah sistem Islam dapat menguasai jiwa manusia terlebih dahulu. Selepas itu menguasai harta benda dan segala peraturan hidup manusia.

Kebatilan yang sentiasa memerangi
Sistem Islam adalah satu sistem yang baik, adil dan saksama tetapi kejahatan tidak senang melihat sistem ini, dan  kebatilan tidak suka kepada kebaikan, keadilan serta kejujuran. Begitu juga kezaliman tidak pernah menyerah kepada keadilan dan kemuliaan Islam.
Justeru itu kejahatan, kebatilan dan kezaliman sentiasa memerangi dan memusuhi dakwah yang benar ini. Dakwah yang benar ini sentiasa ada musuhnya.
Mereka yang mencari kepentingan maslahat diri sudah barang tentu akan menentang sistem Allah. Begitu juga akan menentang sistem Allah ini, orang yang menyeleweng kerana mereka tak mahu menjauhkan diri daripada sifat penyelewengan itu.
Oleh itu kita mestilah berjihad bersungguh-sungguh menentang mereka itu. Kita perlu sabar dan tahan. Kita perlu berusaha supaya umat Islam  tidak dikuasai oleh musuh-musuh Allah. Penyerangan musuh-musuh Allah bermula terhadap jiwa kita. Kita berjihad bersungguh-sungguh melepaskan diri daripada penguasaan musuh terhadap jiwa kita. Manakala kita bebas dari penguasaan musuh ini maka barulah kita boleh berjuang membebaskan manusia daripada musuh-musuh yang berupa manusia dan jin. Sekiranya daripada awal-awal lagi kita tidak dapat membebaskan jiwa daripada musuh-musuh Allah itu maka tak usahlah diharapkan kita akan dapat berjihad untuk melawan musuh-musuh lain yang bercorak manusia. Inilah lumrah dakwah Islam hari ini.

Prinsip asal dakwah
Prinsip dakwah ini bukanlah untuk memusuhi atau mencerobohi orang lain. Tetapi prinsipnya adalah untuk membangunkan satu sistem yang betul dan adil di kalangan manusia. Bukan prinsip asalnya untuk mengkafir atau menghina sesiapa. Dakwah ini ingin mengikuti apa yang dikehendaki Allah dan RasulNya. Allah-lah matlamat dakwah ini dan Rasul-lah ikutannya. Kita berdakwah dengan tujuan untuk menegakkan sistem Islam di kalangan manusia.
Namun begitu dakwah ini sentiasa dibenci oleh golongan yang mencari kepentingan. Sistem yang seperti ini sentiasa ada yang menentangnya dengan segala kekuatan. Kekuatan zahir yang pada musuh-musuh Islam digunakan sepenuhnya menentang Islam. Apabila kita dapat membebaskan jiwa daripada penguasaan musuh-musuh Allah itu maka InsyaAllah kita akan membina satu kumpulan yang mampu menghadapi tentangan siapa sahaja.

Kekuatan Islam melawan kekuatan musuh dalam bermacam-macam bentuk
Banyak kekuatan musuh dari berbagai arah yang menentang sistem dan dakwah yang benar ini. Dengan menggunakan kekuatan lisan dan di‘ayah sistem yang adil ini diganyang. Kebenaran dakwah Islam dipusing-pusingkan dan diselewengkan dengan bermacam-macam alat untuk memesongkan umat manusia. Oleh itu dakwah Islam mesti berusaha membebaskan diri daripada musuh-musuh Allah. Kita perlu melalui perjuangan ini sedaya upaya dengan semua peralatan dan persediaan yang ada pada kita seperti kekuatan jiwa, kekuatan penyusunan dan kekuatan pembentukan yang dijalankan berdasarkan Al Quran
dan as Sunnah.

Telah berlalu masa tidur
Orang beriman sekali-kali tidak lalai atau tidur. Masa berehat-rehat atau tidur telah berlalu. Masa untuk bersenang-senang dengan hobi, berkelah-kelahan tanpa tujuan dan berfoya-foya telah berangkat pergi. Kalau kita berkelah atau melancung pun mestilah dengan tujuan takwin Wa’ Islami. Melancong dan berkelah tanpa tujuan takwin wa’ Islami atau ijad rakaiz Islamiah dianggap lalai dan dikhuatiri mengakibatkan terjatuh ke dalam perangkap musuh-musuh Allah. Ini kerana segala sesuatu yang kita usahakan sekiranya tidak membawa pada takwin wa’ Islami dan pembentukan kefahaman serta kesedaran Islam maka usaha itu dianggap amal yang dhaif (lemah).

Bekalan yang berkekalan
Bekalan paling berkekalan yang kita perlukan seperti yang tersebut dalam ayat di atas ialah taqwa. Taqwa mestilah sentiasa bersama-sama dengan dakwah, dengan sistem Islam dan dengan jihad yang kita lakukan. Kalau tiada taqwa maka akan tersesatlah kita. Ini kerana taqwa sentiasa menjaga hati. Kalau tiada taqwa maka hati kita akan dikongkong kembali oleh musuh-musuh Allah SWT. Oleh itu kita perlu sentiasa menyediakan taqwa yang mengawasi kita daripada lalai.

Jiwa yang sudah ditawan
Kalau ada di kalangan manusia termasuklah ulamak-ulamak yang berdiam tanpa berjihad, berfoya-foya dan bersenang-senang, maka  ini menunjukkan jiwa mereka sudah ditawan oleh ghaflah atau lalai. Amal mereka seperti itu tidak dianggap amal yang berfaedah. Jiwa sudah kehilangan taqwa yang menjaga jiwa daripada lalai dan lemah. Jiwa sedang atau sudah diserang oleh musuh samada disedari atau tidak.

Peranan taqwa
Sistem Allah sentiasa berjalan bersama dengan jiwa yang bertaqwa. Taqwa menjaga kita supaya tidak menceroboh ke lain. Taqwa ialah satu kuasa pengawasan untuk mengekalkan sistem Allah. Takwa mengawasi perjalanan kita sebagai seorang muslim. Taqwa juga mengawasi perlaksanaan sistem Allah SWT.
Saidina Umar r.a pernah bertanya kepada Ubai bin Kaab tentang taqwa, “Apakah yang dimaksudkan tentang taqwa ya Ubai ?”. Kata Ubai “ tidakkah engkau pernah melalui satu jalan yang banyak duri?”. Jawab Umar, “ Ya, saya pernah”. Kata Ubai, “ apakah yang engkau buat ?”. Kata Umar, “ saya angkat kain dan saya berhati-hati melangkah”. Kata Ubai, “itulah taqwa.”
Taqwa itu satu pengawasan. Untuk sampai ke peringkat taqwa seperti ini, maka seseorang itu perlulah melalui jalan iman dan memahami benar-benar akan Islam terutama perkara-perkara yang fardhu  dan wajib difahami. Kalau tidak melalui jalan ini maka seseorang tidak boleh menjadi seorang yang bertaqwa pada Allah SWT dalam ertikata yang sebenarnya. Seseorang itu tidak tahu hendak mengawasi diri, mereka akan terpijak duri  dan tidak tahu mengikuti nilai Allah SWT. Justeru itu seseorang mestilah terlebih duhulu beriman pada Allah dan Islam sepenuhnya.
Jamaah yang menjaga taqwa
Jamaah Islamiah wajib memahami hal ini.  Kalau tidak, akan mudahlah terjatuh ke dalam ranjau-ranjau dan duri-duri dalam perjalanannya. Sifat dakwah ini ditentukan Allah SWT. Kita tidak boleh menciptanya sendiri. Oleh itu kita hendaklah menjadi orang yang bertaqwa pada setiap kerja kita. Letakkanlah duhulu neraca taqwa kepada Allah SWT bagi setiap penilaian.
Taqwa itu meliputi iman dan  Islam. Taqwa itulah yang menentukan amalan-amalan kita betul-betul di dasarkan pada keimanan dan Islam. Taqwalah yang mengawas peribadi, kumpulan, usrah dan daulah Islamiah. Tidak akan lahir amalan Islam yang sebenarnya tanpa taqwa. Oleh itu taqwa mestilah sentiasa bersama-sama dengan sistem Allah. Kalau sistem Islam tidak diawasi oleh taqwa maka ia akan lemah, akan lalai, akan dicerobohi dan akan terdedah kepada penyelewengan-penyelewengan.
Biarlah taqwa itu berasaskan pada iman dan Islam. Kerana itulah kita perlu meningkatkan keimanan dan kefahaman terhadap Islam.

Tidak dirasai perlunya taqwa melainkan.....
Tidak dirasai perlunya kepada pengawasan taqwa ini kecuali orang yang telah banyak berjihad di jalan  Allah SWT dan  yang banyak menderita dalam berjihad menegakkan kalimah Allah SWT. Mereka ini merasakan amat perlu pada pengawasan ini. Dalam perjalanan nanti mereka akan berjumpa dengan daya penarik yang banyak seperti pangkat, kebesaran, wang, kemewahan dan kedudukan. Tanpa taqwa mereka akan tercicir, tidak tahan dan tanpa disedari akan diperalatkan oleh sistem yang lain. Sedangkan hal ini bersalahan dengan nilai taqwa itu sendiri.
Orang yang tidak biasa berjalan di atas jalan dakwah ini tidak akan berhajat kepada taqwa. Orang yang tidak pernah menderita dalam menegakkan Islam tidak akan berhajat kepada taqwa. Oleh itu daripada awal-awal lagi kita kena ada penjaga ini (taqwa). Apabila seseorang itu baligh atau masuk  Islam sahaja maka pengawasan ini kena bersama-samanya. Kalau tidak mungkin dia akan mensia-siakan hidupnya. Dia akan jatuh ke bawah penguasaan musuh-musuh Allah SWT.

semoga Allahs selalu bersama kita. Aamiin Yaa Rabbal'alamiin..

sumber:  http://hasan98.tripod.com/imran200.htm